TAREKAT IDRISIYAH
SYAIKH AHMAD
BIN IDRIS, RA
Tarekat
Idrisiyah dinisbahkan kepada nama Syaikh Ahmad bin Idris al-Fasi al-Hasani
(1173 - 1253 H / 1760 - 1837 M). Sebenarnya tarekat ini berasal dari Tarekat
Khidhiriyah yang berasal dari Nabi Khidir as yang diberikan kepada Syaikh Abdul
Aziz bin Mas'ud ad-Dabbagh ra. Setelah Syaikh Ahmad bin Idris ra. Tarekat ini
mengalami perkembangan lebih jauh yang melahirkan berbagai jenis tarekat
lainnya, hal ini disebabkan karena beberapa murid Syaikh Ahmad bin Idris
membuat komunitas tarekat yang dinisbahkan
kepadanya dan mengembangkan ajarannya menjadi suatu sistem ajaran yang lebih
spesifik.
Oleh karenanya
tidaklah heran jika Tarekat Idrisiyyah ini memiliki hubungan yang erat dengan
nama-nama tarekat lainnya, seperti Sanusiyah,
Mirghaniyah, Rasyidiyah, Khidhiriyah, Syadziliyah,
Dandarawiyah, Qadiriyah. Bahkan Syaikh Muhammad bin Ali
as-Sanusi sebagai murid Syaikh Ahmad bin Idris menguasai 40 tarekat
yang dikumpulkan dalam sebuah masterpiece-nya 'Salsabil Mu’in fi Tharaa-iqul
Arba’iin'. Istilah 40 tarekat dari kitab ini mengilhami istilah Thariqah
Mu’tabarah (diakui) di Indonesia (yang berjumlah 40).
Syaikh Ahmad bin Idris berguru kepada Syaikh Abdul Wahab at-Tazi, yang merupakan murid Syaikh Abdul Aziz az-Dabbagh, pengarang kitab Al-Ibriz. Awrad terkenal yang diajarkan oleh Syaikh Ahmad bin Idris kepada murid-muridnya adalah berupa hizib-hizib, di antaranya adalah Hizib Sayfi yang diperolehnya dari Syaikh al-Mujaidiri, yang didapatnya dari seorang Raja Jin, dari Sayidina Ali kw. Selain itu Beliau diajarkan seluruh awrad Syadziliyah dari Rasulullah Saw melalui perantara Nabi Khidir as. Namun yang masih eksis diamalkan oleh penganut Tarekat Idrisiyah adalah Shalawat ‘Azhimiyyah, Istighfar Kabir dan Dzikir Makhshus.
Syaikh Ahmad bin Idris berguru kepada Syaikh Abdul Wahab at-Tazi, yang merupakan murid Syaikh Abdul Aziz az-Dabbagh, pengarang kitab Al-Ibriz. Awrad terkenal yang diajarkan oleh Syaikh Ahmad bin Idris kepada murid-muridnya adalah berupa hizib-hizib, di antaranya adalah Hizib Sayfi yang diperolehnya dari Syaikh al-Mujaidiri, yang didapatnya dari seorang Raja Jin, dari Sayidina Ali kw. Selain itu Beliau diajarkan seluruh awrad Syadziliyah dari Rasulullah Saw melalui perantara Nabi Khidir as. Namun yang masih eksis diamalkan oleh penganut Tarekat Idrisiyah adalah Shalawat ‘Azhimiyyah, Istighfar Kabir dan Dzikir Makhshus.
Sanad
Tarekat Idrisiyyah terkenal sangat ringkas, karena menggunakan jalur Nabi
Khidhir as hingga Nabi Muhammad Saw. Sedangkan jalur pengajaran syari’at,
tarekat ini menggunakan jalur Syaikh Abdul Qadir al-Jilani qs
hingga kepada Sayyidina Hasan ra.
Tarekat Idrisiyah yang dikenal di Indonesia adalah tarekat yang dibawa oleh Syaikh al-Akbar Abdul Fattah pada tahun 1930, yang sebelumnya bernama Tarekat Sanusiyah. Syaikh al-Akbar Abdul Fattah menerimanya dari Syaikh Ahmad Syarif as-Sanusi al-Khathabi al-Hasani di Jabal Abu Qubais, Mekkah. Saat ini kepemimpinan Tarekat Idrisiyah diteruskan oleh Syaikh Muhammad Fathurahman, MAg.
Tarekat Idrisiyah yang dikenal di Indonesia adalah tarekat yang dibawa oleh Syaikh al-Akbar Abdul Fattah pada tahun 1930, yang sebelumnya bernama Tarekat Sanusiyah. Syaikh al-Akbar Abdul Fattah menerimanya dari Syaikh Ahmad Syarif as-Sanusi al-Khathabi al-Hasani di Jabal Abu Qubais, Mekkah. Saat ini kepemimpinan Tarekat Idrisiyah diteruskan oleh Syaikh Muhammad Fathurahman, MAg.
Tarekat ini
menekankan aspek lahir dan batin dalam ajarannya. Penampilan lahiriyah
ditunjukkan oleh penggunaan atribut dalam berpakaian. Kaum laki-laki
berjenggot, berghamis putih, bersurban, dan berselendang hijau. Sedangkan kaum
wanitanya mengenakan cadar hitam. Jama’ahnya menjauhi perkara haram dan makruh
seperti merokok. Adapun dalam aspek peribadatannya senantiasa mendawamkan
shalat berjama’ah termasuk shalat sunnahnya. Sujud syukur setelah salat fardhu
dikerjakan secara istiqamah.
Tarekat
Idrisiyah lebih dikenal di Malaysia daripada di Indonesia, karena banyak
berafiliasi dengan Tarekat lain (seperti TQN). Ada Tarekat Qadiriyah Idrisiyah
atau Ahmadiyah Idrisiyah. Nama Ahmadiyah diambil dari nama depan Syaikh Ahmad
bin Idris. Ketika masuk ke Indonesia, karena alasan politis nama Tarekat
Sanusiyah berganti dengan nama Idrisiyah. Mengingat pergerakan Sanusiyah saat
itu telah dikenal oleh para penjajah Barat.
AWRAD DAN
DZIKIR
Kebiasaan
dzikir yang biasa dilakukan oleh jama’ah Idrisiyah adalah di setiap waktu ba’da
Maghrib hingga Isya' dan ba’da Shubuh hingga Isyraq. Pelaksanaan dzikir di
tarekat ini dilakukan dengan jahar (suara nyaring), diiringi lantunan Shalawat
(kadang-kadang dalam moment tertentu dengan musik). Kitab panduan Awrad
dzikirnya bernama ‘Hadiqatur Riyahin’ yang merupakan khulashah (ringkasan)
awrad pilihan (utama) dari berbagai amalan (awrad) Syaikh Ahmad bin Idris dan
Sadatut Thariqah lainnya. Awrad wajib harian seorang murid Idrisiyah adalah:
Membaca
Al-Quran satu Juz, Membaca
Istighfar Shagir 100 kali, Membaca Dzikir
Makhshush 300 kali: LAA ILAAHA ILLALLAAH MUHAMMADUR ROSULULLAH FII KULLI
LAMHATIW WANAFASIN ‘ADADA MAA WASI’AHUU ‘ILMULLAH.
Membaca Sholawat Ummiyyah 100 kali, Membaca Yaa Hayyu Yaa Qoyyuum 1000 kali,
Membaca Dzikir Mulkiyyah 100 kali: Laa Ilaaha illallaahu wahdahuu laa syariikalah, lahul mulku walahul hamdu yuhyii wayumiitu wahuwa ‘alaa kulli syay-in qodiir.
Memelihara Ketaqwaan.
Membaca Sholawat Ummiyyah 100 kali, Membaca Yaa Hayyu Yaa Qoyyuum 1000 kali,
Membaca Dzikir Mulkiyyah 100 kali: Laa Ilaaha illallaahu wahdahuu laa syariikalah, lahul mulku walahul hamdu yuhyii wayumiitu wahuwa ‘alaa kulli syay-in qodiir.
Memelihara Ketaqwaan.
Awrad
tambahan untuk bertaqarrub kepada Allah adalah menunaikan shalat tahajjud dan
membaca Sholawat Azhimiyyah sebanyak 70 kali sesudah ba’da Shubuh hingga terbit
Fajar.
No comments:
Post a Comment