SYAIKH KHALID AL-BAGHDADI QS
Mursyid Tarekat
Naqsyabandiyah ke 31
Syaikh Khalid al-Baghdadi
adalah Mursyid tariqat Naqshbandi ke-31, penerus rahasia tariqat
Naqshbandi dari Syaikh Abdullah ad-Dahlawi . Beliau meyebarkan ilmu-ilmu
Syariat dan Tasawwuf. Beliau adalah seorang mujtahid (penguasa) dalam Hukum
Ilahi (shari`a) dan Realitas Ilahi (Haqiqat). Beliau merupakan cendikiawan dari
para cendikiawan dan Wali dari para Wali dan yang orang paling banyak
pengetahuannya, pada masanya beliau adalah cahaya bulan purnama dalam aliran
tariqat Naqshbandi. Beliau adalah pusat dari lingkaran kutub di masanya.
Beliau lahir pada tahun 1193 H/1779 M di desa Karada, kota Sulaymaniyyah, Iraq. Beliau mempunyai gelar Utsmani karena beliau adalah keturunan Sayyidina Utsman bin Affan , kalifah ketiga dari Rasulullah . Beliau tumbuh dan belajar di sekolah-sekolah dan masjid yang tersebar di kota itu. Pada saat itu kota Sulaymaniyyah dianggap sebagai kota pendidikan utama. Kakek beliau adalah Par Mika'il Chis Anchit, yang berarti Mika'il Wali dengan enam jari. Beliau mempelajari al- Qur'an dan tafsir Imam Rafica menurut Mahdzab Shafi`i. Selain itu, beliau juga terkenal di bidang puisi. Ketika berumur 15 tahun beliau menetapkan asceticism (doktrin keagamaan yang menyatakan bahwa seseorang bisa mencapai posisi spiritual yang tinggi melalui disiplin diri dan penyangkalan diri yang ketat) sebagai falsafah hidupnya, kelaparan sebagai kudanya, tetap terjaga (tidak tidur) sebagai jalannya, khalwat sebagai sahabatnya, dan energi sebagai cahayanya.
Beliau berkelana di dunia Allah dan menguasai segala macam pengetahuan yang tersedia di jamannya. Belajar berguru pada dua cendikiawan besar di masanya, yaitu Syaikh `Abdul Karam al-Barzinji dan Syaikh Abdur Rahim al-Barzinji, beliau juga membaca bersama Mullah Muhammad `Ali. Kemudian beliau kembali ke Sulaymaniyyah dan di sana mempelajari ilmu matematika, filosofi, dan logika. Lalu beliau kembali ke Baghdad dan mempelajari Mukhtasar al-Muntaha fil-Usul, sebuah ensiklopedia tentang jurisprudensi.Selanjutnya beliau mempelajari karya-karya Ibnu Hajar, Suyuti, and Haythami. Beliau dapat menghafal tafsir Al-Qur'an dari Baydawi. Beliau juga mampu menemukan pemecahan atas segala pertanyaan pelik mengenai jurisprudensi. Beliau juga hafal Al-Qur'an dengan 14 cara membaca yang berbeda, dan menjadi sangat terkenal karena hal ini. Pangeran Ihsan Ibrahim Pasha, gubernur daerah Baban, berusaha membujuknya untuk mengasuh sekolah di kerajaannya. Namun beliau menolak dan malah pergi ke kota Sanandaj, untuk mempelajari ilmu matematika, teknik, astronomi dan kimia. Guru beliau di bidang ini adalah Muhammad al-Qasim as-Sanandaji. Setelah menyelesaikan pelajaran ilmu-ilmu sekuler, beliau kembali ke kota Sulaymaniyyah. Menyusul wabah penyakit di kota itu pada tahun 1213 H/1798 M, beliau mengambil alih sekolah Syaikh-nya `Abdul Karam Barzinji. Beliau mengajar ilmu-ilmu modern, meneliti dan menelaah persamaan-persamaan yang sulit di bidang astronomi dan kimia.
Kemudian beliau berkhalwat, meninggalkan segala yang telah dipelajarinya, dan datang ke pintu Allah dengan segala perbuatan yang soleh dan memperbanyak dzikir baik keras maupun dalam hati. Beliau tidak lagi mengunjungi Sultan, tetapi tetap menjalin hubungan dengan murid-muridnya hingga tahun 1220 H/1806 M, ketika beliau memutuskan untuk naik haji dan menemui Rasulullah . Beliau meninggalkan segalanya dan pergi ke Hijaz melewati kota-kota Mosul, Yarbikir, ar-Raha, Aleppo dan Damaskus, di sana beliau menemui para cendikiawan dan mengikuti Syaikhnya, yang merupakan ahli ilmu-ilmu kuno dan modern dan juga pengajar hadits, ash-Syaikh Muhammad al-Kuzbara. Beliau menerima otorisasi terhadap Tariqat Qadiriah dari Syaikh al-Kuzbari dan deputinya, Syaikh Mustafa al-Kurdi, yang kemudian melanjutkan perjalanan bersamanya sampai tiba di kota Rasulullah .
Beliau lahir pada tahun 1193 H/1779 M di desa Karada, kota Sulaymaniyyah, Iraq. Beliau mempunyai gelar Utsmani karena beliau adalah keturunan Sayyidina Utsman bin Affan , kalifah ketiga dari Rasulullah . Beliau tumbuh dan belajar di sekolah-sekolah dan masjid yang tersebar di kota itu. Pada saat itu kota Sulaymaniyyah dianggap sebagai kota pendidikan utama. Kakek beliau adalah Par Mika'il Chis Anchit, yang berarti Mika'il Wali dengan enam jari. Beliau mempelajari al- Qur'an dan tafsir Imam Rafica menurut Mahdzab Shafi`i. Selain itu, beliau juga terkenal di bidang puisi. Ketika berumur 15 tahun beliau menetapkan asceticism (doktrin keagamaan yang menyatakan bahwa seseorang bisa mencapai posisi spiritual yang tinggi melalui disiplin diri dan penyangkalan diri yang ketat) sebagai falsafah hidupnya, kelaparan sebagai kudanya, tetap terjaga (tidak tidur) sebagai jalannya, khalwat sebagai sahabatnya, dan energi sebagai cahayanya.
Beliau berkelana di dunia Allah dan menguasai segala macam pengetahuan yang tersedia di jamannya. Belajar berguru pada dua cendikiawan besar di masanya, yaitu Syaikh `Abdul Karam al-Barzinji dan Syaikh Abdur Rahim al-Barzinji, beliau juga membaca bersama Mullah Muhammad `Ali. Kemudian beliau kembali ke Sulaymaniyyah dan di sana mempelajari ilmu matematika, filosofi, dan logika. Lalu beliau kembali ke Baghdad dan mempelajari Mukhtasar al-Muntaha fil-Usul, sebuah ensiklopedia tentang jurisprudensi.Selanjutnya beliau mempelajari karya-karya Ibnu Hajar, Suyuti, and Haythami. Beliau dapat menghafal tafsir Al-Qur'an dari Baydawi. Beliau juga mampu menemukan pemecahan atas segala pertanyaan pelik mengenai jurisprudensi. Beliau juga hafal Al-Qur'an dengan 14 cara membaca yang berbeda, dan menjadi sangat terkenal karena hal ini. Pangeran Ihsan Ibrahim Pasha, gubernur daerah Baban, berusaha membujuknya untuk mengasuh sekolah di kerajaannya. Namun beliau menolak dan malah pergi ke kota Sanandaj, untuk mempelajari ilmu matematika, teknik, astronomi dan kimia. Guru beliau di bidang ini adalah Muhammad al-Qasim as-Sanandaji. Setelah menyelesaikan pelajaran ilmu-ilmu sekuler, beliau kembali ke kota Sulaymaniyyah. Menyusul wabah penyakit di kota itu pada tahun 1213 H/1798 M, beliau mengambil alih sekolah Syaikh-nya `Abdul Karam Barzinji. Beliau mengajar ilmu-ilmu modern, meneliti dan menelaah persamaan-persamaan yang sulit di bidang astronomi dan kimia.
Kemudian beliau berkhalwat, meninggalkan segala yang telah dipelajarinya, dan datang ke pintu Allah dengan segala perbuatan yang soleh dan memperbanyak dzikir baik keras maupun dalam hati. Beliau tidak lagi mengunjungi Sultan, tetapi tetap menjalin hubungan dengan murid-muridnya hingga tahun 1220 H/1806 M, ketika beliau memutuskan untuk naik haji dan menemui Rasulullah . Beliau meninggalkan segalanya dan pergi ke Hijaz melewati kota-kota Mosul, Yarbikir, ar-Raha, Aleppo dan Damaskus, di sana beliau menemui para cendikiawan dan mengikuti Syaikhnya, yang merupakan ahli ilmu-ilmu kuno dan modern dan juga pengajar hadits, ash-Syaikh Muhammad al-Kuzbara. Beliau menerima otorisasi terhadap Tariqat Qadiriah dari Syaikh al-Kuzbari dan deputinya, Syaikh Mustafa al-Kurdi, yang kemudian melanjutkan perjalanan bersamanya sampai tiba di kota Rasulullah .
Beliau
memberi penghormatan kepada Rasulullah dengan puisi Persia yang dibaca dengan
cara sedemikian rupa sehingga membuat orang-orang menjadi terpesona akan
keelokannya. Beliau menghabiskan cukup banyak waktu di sana. Beliau
menceritakan pengalamannya,
"Aku sedang mencari orang saleh yang sangat langka untuk dimintai nasihat ketika Aku melihat seorang Syaikh di sebelah kanan Makam yang Diberkati (Rawdatu-sh-Sharifa). Aku lalu meminta nasihat kepadanya, dan berkonsultasi dengannya. Beliau menasihatiku agar tidak berkeluh-kesah terhadap segala masalah yang mungkin bertentangan dengan Syari at ketika memasuki kota Makkah, Aku dianjurkan agar tetap tenang dan diam. Akhirnya Aku pun tiba di Makkah, dan nasihat tadi benar-benar kupegang dalam hati. Aku pergi ke Masjid Suci pada pagi hari di hari Jumat. Aku duduk dekat Ka ba dan membaca Dala'il al-Khayrat, ketika Aku melihat seseorang dengan janggut hitam bersandar pada sebuah pilar dan matanya menatapku. Terlintas dalam hatiku bahwa orang ini tidak memberikan penghormatan yang layak kepada Ka ba, tetapi aku tidak berbicara apa pun mengenai hal itu.
"Aku sedang mencari orang saleh yang sangat langka untuk dimintai nasihat ketika Aku melihat seorang Syaikh di sebelah kanan Makam yang Diberkati (Rawdatu-sh-Sharifa). Aku lalu meminta nasihat kepadanya, dan berkonsultasi dengannya. Beliau menasihatiku agar tidak berkeluh-kesah terhadap segala masalah yang mungkin bertentangan dengan Syari at ketika memasuki kota Makkah, Aku dianjurkan agar tetap tenang dan diam. Akhirnya Aku pun tiba di Makkah, dan nasihat tadi benar-benar kupegang dalam hati. Aku pergi ke Masjid Suci pada pagi hari di hari Jumat. Aku duduk dekat Ka ba dan membaca Dala'il al-Khayrat, ketika Aku melihat seseorang dengan janggut hitam bersandar pada sebuah pilar dan matanya menatapku. Terlintas dalam hatiku bahwa orang ini tidak memberikan penghormatan yang layak kepada Ka ba, tetapi aku tidak berbicara apa pun mengenai hal itu.
"Dia
melihatku dan menegurku dengan berkata, 'Hei orang bodoh, apakah kamu tidak
tahu bahwa kemuliaan hati seorang mukmin jauh lebih berarti dari pada
keistimewaan Ka`ba? Mengapa kamu mengkritik Aku dalam hatimu mengenai cara
berbaringku ini, dengan membelakangi Ka ba dan mengarahkan wajahku padamu.
Apakah kamu tidak mendengar nasihat Syaikhku di Madinah yang berkata kepadamu
agar tidak mengkritik sesuatu?' Aku berlari kepadanya dan memohon maaf, mencium
tangan dan kakinya dan meminta bimbingannya kepada Allah. Dia lalu berkata,
Wahai anakku, harta kekayaanmu dan kunci hatimu tidak berada di sini, melainkan
di India. Syaikhmu berada di sana. Pergilah ke sana dan beliau akan menunjukkan
apa yang harus kamu lakukan. Aku tidak menemukan orang lain yang lebih baik
darinya di semua sudut Masjidil Haram. Namun, dia juga tidak mengatakan
kepadaku ke mana aku harus pergi di India, jadi aku pulang kembali ke Syam dan
berasosiasi dengan cendikiawan di sana.
Beliau lalu kembali ke Sulaymaniyyah dan kembali mengajar tentang penyangkalan terhadap diri. Beliau selalu mencari orang yang dapat menunjukkan jalan baginya. Akhirnya, seseorang datang ke Sulaymaniyyah, dia adalah Syaikh Mawlana Mirza Rahimullah Beg al-M`aruf yang dikenal juga dengan nama Muhammad ad-Darwish `Abdul `Azim al-Abadi, salah seorang kalifah dari kutub spiritual, Qutb al-A`zam, `Abdullah ad-Dehlawi . beliau bertemu dengannya, memberinya hormat dan meminta petunjuk yang benar yang dapat menerangi jalannya. Dia berkata kepadanya, Ada seorang Syaikh yang sempurna, seorang cendikiawan dan orang yang mengetahui banyak hal, yang menunjukkan para pencari jalan kepada Raja dari Raja, ahli dalam segala hal, menganut tariqat Naqshbandi, dan mempunyai karakter Rasulullah , seorang pembimbing dalam ilmu tentang spiritualitas. Ikutlah bersamaku ke Jehanabad. Beliau telah berpesan kepadaku sebelum aku pergi, kamu akan bertemu seseorang, bawa dia bersamamu.
Syaikh Khalid pindah ke India pada tahun 1224 H/1809 M melalui kota Ray, lalu Teheran, dan beberapa propinsi di Iran di mana beliau bertemu dengan cendikiawan besar Isma`il al-Kashi. Kemudian beliau melanjutkan perjalanannya ke Kharqan, Samnan, dan Nisapar. Beliau juga mengunjungi Guru dari Induk segala tariqat di Bistam, Syaikh Bayazid al-Bistami , dan beliau memberikan penghormatan di makamnya dengan puisi Persia yang sangat elok. Kemudian beliau bergerak ke Tus, mengunjungi as-Sayyid al-Jalal al-Ma'nas al-Imam `Ali Rida, dan beliau memujinya dengan puisi Pursia yang lain yang membuat semua penyair di Tus menerimanya. Kemudian beliau memasuki kota Jam dan mengunjungi ash-Syaikh Ahmad an-Namiqi al-Jami dan memberikan penghormatan dengan puisi Persia yang lain lagi. Beliau lalu memasuki kota Herat di Afghanistan, lalu Kandahar, Kabul, dan Peshawar. Di semua kota ini cendikiawan besar yang ditemuinya selalu menguji pengetahuannya tentang Hukum Ilahi (shari`a) dan Kesadaran Ilahi (ma`rifat), ilmu-ilmu logika, matematika, dan astronomi. Mereka menyebutnya seperti sungai yang luas, mengalir dengan ilmu, atau seperti samudra tanpa pantai.
Kemudian beliau pindah lagi ke Lahore, di mana beliau bertemu dengan Syaikh Thana'ullah an-Naqshbandi dan meminta do a darinya. Beliau mengatakan, Malam itu Aku bermalam di Lahore dan Aku bermimpi bahwa Syaikh Thana'ullah an-Naqshbandi menarikku dengan giginya. Ketika Aku terbangun Aku ingin mengatakan mimpiku itu kepadanya, tetapi dia mengatakan, Jangan ceritakan mimpi itu kepadaku, Kami telah mengetahuinya. Itu adalah tanda untuk bergerak dan segera menemui saudara dan Syaikhku, Sayyidina `Abdullah ad-Dahlawi . Hatimu akan dibuka olehnya. Kamu akan melakukan bay at dalam tariqat Naqshbandi. Lalu Aku mulai merasakan daya tarik spiritual dari Syaikh. Aku meninggalkan Lahore, menyebrangi pegunungan dan lembah, hutan dan padang pasir sampai tiba di Kesultanan Delhi yang dikenal dengan Jehanabad. Perjalanan itu memakan waktu 1 tahun. 40 hari sebelum Aku tiba, dia berkata kepada para pengikutnya, Penerusku akan datang
Malam saat beliau memasuki kota Jehanabad beliau menuliskan puisi dalam bahasa Arab, merenungkan kembali perjalanannya dan memuji Syaikhnya. Lalu beliau memberi penghormatan kepadanya dengan puisi Persia yang mengejutkan semua orang karena keelokannya. Beliau menyerahkan semua barang yang dibawanya dan segala yang ada di kantongnya kepada fakir miskin. Kemudian beliau melakukan bay at dengan Syaikhnya, `Abdullah ad-Dahlawi . Beliau menjadi pelayan di zawiya (madrasah dan masjid) Syaikhnya dan mencapai perkembangan yang pesat dalam berperang melawan egonya. 5 bulan belum lewat ketika beliau menjadi salah seorang dalam Kehadirat Ilahi dan mempunyai Visi Ilahi.
Beliau diizinkan oleh Syaikh `Abdullah untuk kembali ke Iraq. Syaikh memberinya otoritas tertulis dalam lima tariqat:
Beliau lalu kembali ke Sulaymaniyyah dan kembali mengajar tentang penyangkalan terhadap diri. Beliau selalu mencari orang yang dapat menunjukkan jalan baginya. Akhirnya, seseorang datang ke Sulaymaniyyah, dia adalah Syaikh Mawlana Mirza Rahimullah Beg al-M`aruf yang dikenal juga dengan nama Muhammad ad-Darwish `Abdul `Azim al-Abadi, salah seorang kalifah dari kutub spiritual, Qutb al-A`zam, `Abdullah ad-Dehlawi . beliau bertemu dengannya, memberinya hormat dan meminta petunjuk yang benar yang dapat menerangi jalannya. Dia berkata kepadanya, Ada seorang Syaikh yang sempurna, seorang cendikiawan dan orang yang mengetahui banyak hal, yang menunjukkan para pencari jalan kepada Raja dari Raja, ahli dalam segala hal, menganut tariqat Naqshbandi, dan mempunyai karakter Rasulullah , seorang pembimbing dalam ilmu tentang spiritualitas. Ikutlah bersamaku ke Jehanabad. Beliau telah berpesan kepadaku sebelum aku pergi, kamu akan bertemu seseorang, bawa dia bersamamu.
Syaikh Khalid pindah ke India pada tahun 1224 H/1809 M melalui kota Ray, lalu Teheran, dan beberapa propinsi di Iran di mana beliau bertemu dengan cendikiawan besar Isma`il al-Kashi. Kemudian beliau melanjutkan perjalanannya ke Kharqan, Samnan, dan Nisapar. Beliau juga mengunjungi Guru dari Induk segala tariqat di Bistam, Syaikh Bayazid al-Bistami , dan beliau memberikan penghormatan di makamnya dengan puisi Persia yang sangat elok. Kemudian beliau bergerak ke Tus, mengunjungi as-Sayyid al-Jalal al-Ma'nas al-Imam `Ali Rida, dan beliau memujinya dengan puisi Pursia yang lain yang membuat semua penyair di Tus menerimanya. Kemudian beliau memasuki kota Jam dan mengunjungi ash-Syaikh Ahmad an-Namiqi al-Jami dan memberikan penghormatan dengan puisi Persia yang lain lagi. Beliau lalu memasuki kota Herat di Afghanistan, lalu Kandahar, Kabul, dan Peshawar. Di semua kota ini cendikiawan besar yang ditemuinya selalu menguji pengetahuannya tentang Hukum Ilahi (shari`a) dan Kesadaran Ilahi (ma`rifat), ilmu-ilmu logika, matematika, dan astronomi. Mereka menyebutnya seperti sungai yang luas, mengalir dengan ilmu, atau seperti samudra tanpa pantai.
Kemudian beliau pindah lagi ke Lahore, di mana beliau bertemu dengan Syaikh Thana'ullah an-Naqshbandi dan meminta do a darinya. Beliau mengatakan, Malam itu Aku bermalam di Lahore dan Aku bermimpi bahwa Syaikh Thana'ullah an-Naqshbandi menarikku dengan giginya. Ketika Aku terbangun Aku ingin mengatakan mimpiku itu kepadanya, tetapi dia mengatakan, Jangan ceritakan mimpi itu kepadaku, Kami telah mengetahuinya. Itu adalah tanda untuk bergerak dan segera menemui saudara dan Syaikhku, Sayyidina `Abdullah ad-Dahlawi . Hatimu akan dibuka olehnya. Kamu akan melakukan bay at dalam tariqat Naqshbandi. Lalu Aku mulai merasakan daya tarik spiritual dari Syaikh. Aku meninggalkan Lahore, menyebrangi pegunungan dan lembah, hutan dan padang pasir sampai tiba di Kesultanan Delhi yang dikenal dengan Jehanabad. Perjalanan itu memakan waktu 1 tahun. 40 hari sebelum Aku tiba, dia berkata kepada para pengikutnya, Penerusku akan datang
Malam saat beliau memasuki kota Jehanabad beliau menuliskan puisi dalam bahasa Arab, merenungkan kembali perjalanannya dan memuji Syaikhnya. Lalu beliau memberi penghormatan kepadanya dengan puisi Persia yang mengejutkan semua orang karena keelokannya. Beliau menyerahkan semua barang yang dibawanya dan segala yang ada di kantongnya kepada fakir miskin. Kemudian beliau melakukan bay at dengan Syaikhnya, `Abdullah ad-Dahlawi . Beliau menjadi pelayan di zawiya (madrasah dan masjid) Syaikhnya dan mencapai perkembangan yang pesat dalam berperang melawan egonya. 5 bulan belum lewat ketika beliau menjadi salah seorang dalam Kehadirat Ilahi dan mempunyai Visi Ilahi.
Beliau diizinkan oleh Syaikh `Abdullah untuk kembali ke Iraq. Syaikh memberinya otoritas tertulis dalam lima tariqat:
Yang
pertama adalah Tariqat Naqshbandi, atau Rantai Emas. Yang
kedua adalah tariqat Qadiri melalui Sayyidina Ahmad al-Faruqi's Syaikh Shah
as-Sakandar , dari sana kepada Sayyidina `Abdul Qadir Jilani , al-Junayd,
as-Sirra as-Saqati , Musa al-Kazim , Ja`far as-Sadiq , Imam al-Baqir , Zain
al-`Abideen , al-Husayn , al-Hasan , `Ali ibn Abi Talib , dan Sayyidina
Muhammad .
Tariqat
ketiga adalah as-Suhrawardiyya, yang mempunyai silsila (rantai) serupa dengan
tariqat Qadiriyya sampai al-Junayd , yang mengembalikan kembali ke Hasan
al-Basri dari sana ke Sayyidina `Ali dan Rasulullah .
Syaikh
Abdullah juga memberinya otoritas untuk tariqat Kubrawiyya, yang mempunyai
jalur sama dengan tariqat Qadiriyya tetapi melalui Syaikh Najmuddin al-Kubra .
Akhirnya, beliau diberi otoritas untuk tariqat Chishti melalui garis yang dapat ditelusuri kembali dari `Abdullah ad-Dahlawi dan Jan Janan kepada Sayyidina Ahmad al-Faruqi lalu melalui banyak Syaikh kepada Syaikh Mawrad Chishti , Nasir Chishti , Muhammad Chishti , dan Ahmad Chishti kepada Ibraham ibn Adham , Fudayl ibn al-`Iyad , Hasan al-Basri , Sayyidina `Ali , dan Rasulullah .
Syaikh juga memberi otoritas untuk mengajarkan semua ilmu-ilmu Hadits, Tafsir, Sufisme, dan Amalan Harian (awrad). Beliau hafal isi buku Ithna `Ashari (Dua Belas Imam), buku pegangan tentang ilmu pengetahuan dari para penerus Sayyidina `Ali .
Akhirnya, beliau diberi otoritas untuk tariqat Chishti melalui garis yang dapat ditelusuri kembali dari `Abdullah ad-Dahlawi dan Jan Janan kepada Sayyidina Ahmad al-Faruqi lalu melalui banyak Syaikh kepada Syaikh Mawrad Chishti , Nasir Chishti , Muhammad Chishti , dan Ahmad Chishti kepada Ibraham ibn Adham , Fudayl ibn al-`Iyad , Hasan al-Basri , Sayyidina `Ali , dan Rasulullah .
Syaikh juga memberi otoritas untuk mengajarkan semua ilmu-ilmu Hadits, Tafsir, Sufisme, dan Amalan Harian (awrad). Beliau hafal isi buku Ithna `Ashari (Dua Belas Imam), buku pegangan tentang ilmu pengetahuan dari para penerus Sayyidina `Ali .
Beliau
pindah ke Baghdad pada tahun 1228 H/1813 M untuk kedua kalinya dan tinggal di
sana di sekolah Ahsa'iyya Isfahaniyyah. Beliau mengisinya dengan pengetahuan
tentang Allah dan Jalan untuk Mengingat-Nya. Tetapi sekelompok orang yang iri
menulis sebuah surat tentang hal yang bertentangan mengenai beliau dan
dikirimkan kepada Sultan Sa`ad Pasha, gubernur Baghdad. Mereka mengkritiknya,
mengecapnya sebagai orang yang sesat dan banyak lagi hal lain yang tidak bisa
diulangi. Ketika gubernur membaca surat itu, dia berkata, Jika Syaikh Khalid
al-Baghdadi bukan seorang mukmin, lalu siapa yang mukmin? Gubernur lalu
mengusir mereka dan memenjarakannya.
Syaikh meninggalkan Baghdad selama beberapa waktu lalu kembali lagi untuk ketiga kalinya. Beliau kembali ke sekolah yang sama yang telah dipugar untuk menyambut kedatangannya. Beliau mulai menyebarkan segala macam ilmu spiritual dan ilmu surgawi. Beliau membuka rahasia Kehadirat Ilahi, menerangi hati orang-orang dengan cahaya Allah yang diberikan ke dalam hatinya, hingga gubernur, para cendikiawan, guru-guru, pekerja, dan orang-orang dari segala bidang pekerjaan menjadi pengikutnya. Pada masanya Bagdad sangat terkenal dengan pengetahuannya, sehingga kota itu dinamakan , Tempat dari Dua Ilmu Pengetahuan dan Tempat dari Dua Matahari. Serupa dengan itu, beliau juga dikenal dengan sebutan, Orang dengan Dua Sayap (dhu-l-janahayn), sebuah perumpamaan karena penguasaannya di bidang ilmu eksternal dan internal. Beliau mengirimkan kalifahnya ke mana saja, mulai dari Hijaz ke Iraq, dari Syam (Syria) ke Turki, dari Iran ke India dan Transoxania, untuk menyebarkan jalan leluhurnya dalam tariqat Naqshbandi.
Syaikh meninggalkan Baghdad selama beberapa waktu lalu kembali lagi untuk ketiga kalinya. Beliau kembali ke sekolah yang sama yang telah dipugar untuk menyambut kedatangannya. Beliau mulai menyebarkan segala macam ilmu spiritual dan ilmu surgawi. Beliau membuka rahasia Kehadirat Ilahi, menerangi hati orang-orang dengan cahaya Allah yang diberikan ke dalam hatinya, hingga gubernur, para cendikiawan, guru-guru, pekerja, dan orang-orang dari segala bidang pekerjaan menjadi pengikutnya. Pada masanya Bagdad sangat terkenal dengan pengetahuannya, sehingga kota itu dinamakan , Tempat dari Dua Ilmu Pengetahuan dan Tempat dari Dua Matahari. Serupa dengan itu, beliau juga dikenal dengan sebutan, Orang dengan Dua Sayap (dhu-l-janahayn), sebuah perumpamaan karena penguasaannya di bidang ilmu eksternal dan internal. Beliau mengirimkan kalifahnya ke mana saja, mulai dari Hijaz ke Iraq, dari Syam (Syria) ke Turki, dari Iran ke India dan Transoxania, untuk menyebarkan jalan leluhurnya dalam tariqat Naqshbandi.
Kemana
pun beliau pergi, orang akan mengundang ke rumahnya, dan rumah seperti apa pun
yang dia kunjungi, akan mendapat berkah dan menjadi makmur. Suatu hari beliau
mengunjungi Kubah Batu di Jerusalem dengan para pengikutnya. Beliau sampai di
tempat itu dan kalifahnya, `Abdullah al-Fardi, datang menemuinya dengan
kerumunan orang. Beberapa orang Kristen memintanya untuk masuk ke Gereja Kumama
agar mendapat berkah dengan kehadirannya. Lalu beliau melanjutkan perjalanannya
ke al-Khalil (Hebron), kota Nabi Ibrahim, Ayah dari semua Nabi dan Rasul , di sana
disambut oleh semua orang. Beliau memasuki Masjid Ibrahim al-Khalil dan
mengambil berkah dari temboknya.
Beliau
pergi lagi ke Hijaz untuk mengunjungi Baitullah ( Ka`ba yang Suci) pada tahun
1241 H/1826 M. Banyak sekali murid dan kalifahnya yang menemani. Warga kota
dengan para cendikiawan dan Wali juga mendatangi beliau dan semuanya melakukan
bay at dengannya. Mereka memberinya kunci untuk memasuki dua Kota Suci dan
mereka mengangkatnya sebagai Syaikh Spiritual untuk kedua kota tersebut. Beliau
lalu mengitari Ka ba, tetapi yang sesungguhnya Ka ba yang mengitari beliau.
Setelah
haji dan kunjungannya kepada Rasulullah , beliau kembali ke Syam ash-Sharif
(Syria yang diberkati). Beliau sangat dihormati oleh Sultan Ottoman, Mahmud
Khan, ketika beliau memasuki Syam, penyambutan yang meriah diadakan dan
sebanyak 250.000 orang menyambutnya di pintu masuk kota. Semua cendikiawan,
Mentri, Syaikh, fakir miskin dan orang-orang kaya datang untuk mendapatkan
berkah dan meminta do a darinya. Benar-benar merupakan suatu perayaan. Para
penyair melantunkan syair mereka, sementara itu orang kaya memberi makan yang
miskin. Semua orang adalah sama di hadapan beliau. Beliau membangkitkan
pengetahuan spiritual dan pengetahuan eksternal dan menyebarkan cahaya kepada
semua orang, baik Arab maupun non-Arab yang datang dan menerima tariqat
Naqshbandi dari tangannya.
Dalam
10 hari terakhir di bulan Ramadhan 1242 H/1827 M beliau memutuskan untuk
mengunjungi Quds (Jerusalem) dari Damaskus. Para pengikutnya sangat bergembira
dan berkata, Alhamdulillah, kami akan melakukannya bila Allah memanjangkan umur
kami, setelah Ramadhan, awal bulan Syawwal. Mungkin itu adalah suatu tanda
bahwa beliau akan meninggalkan dunia ini.
Pada
hari pertama di bulan Syawwal, wabah penyakit mulai menyebar dengan cepat di
kota Syam (Damaskus). Salah satu pengikutnya meminta beliau untuk mendo akan
dia agar diselamatkan dari wabah tersebut, dan menambahkan, dan untukmu juga,
Syaikh. Beliau berkata, Aku merasa malu kepada Allah, karena niatku memasuki
Syam adalah untuk meninggal di Tanah Suci ini.
Orang
pertama yang meninggal karena wabah ini adalah putra beliau, Bahauddin, pada
Jumat malam dan beliau berkata, Alhamdulillah, ini adalah jalan kita, lalu
beliau menguburkannya di Gunung Qasiyun. Dia baru berusia lima tahun lewat
beberapa hari. Anak itu sangat fasih dalam 3 bahasa, Persia, Arab, dan Kurdi,
dan dia juga pandai membaca Al-Qur an.
Lalu pada tanggal 9 Dzul-Qai`dah, anak lainnya, Abdur Rahman, meninggal dunia. Dia lebih tua dari saudaranya satu tahun. Mawlana Khalid memerintahkan murid-muridnya untuk menggali makam kembali untuk menguburkan anak keduanya. Beliau berkata, Dari pengikutku akan banyak yang meninggal dunia.
Lalu pada tanggal 9 Dzul-Qai`dah, anak lainnya, Abdur Rahman, meninggal dunia. Dia lebih tua dari saudaranya satu tahun. Mawlana Khalid memerintahkan murid-muridnya untuk menggali makam kembali untuk menguburkan anak keduanya. Beliau berkata, Dari pengikutku akan banyak yang meninggal dunia.
Beliau
memerintahkan untuk menggali banyak lubang untuk para pengikutnya yang jumlahnya
banyak, termasuk istri dan anak perempuannya, dan beliau memerintahkan untuk
menyirami daerah itu dengan air. Lalu beliau berkata, Aku memberi otoritas
kepada Syaikh Isma`il ash-Shirwani untuk menggantikan Aku di Tariqat
Naqshbandi. Beliau mengucapkan hal ini pada tahun terakhirnya, 1242 H/1827 M.
Suatu
hari beliau berkata, Aku mendapat sebuah visi yang luar biasa kemarin, Aku
melihat Sayyidina `Utsman Dhun-Nurayn seolah-olah dia telah meninggal dan Aku
melakukan shalat untuknya. Dia lalu membuka matanya dan berkata, Ini dari
anak-anakku. Dia menarikku dengan tangannya, membawaku kepada Rasulullah , dan
mengatakan kepadaku untuk membawa seluruh pengikut Naqshbandi di masa sekarang
dan yang akan datang sampai masa Imam Mahdi as, lalu dia memberi berkah untuk
mereka semua. Setelah keluar dari visi itu, Aku melakukan shalat Maghrib dengan
para pengikut dan anak-anakku.
Apa
pun rahasia yang kumiliki, telah kuberikan kepada deputiku Isma`il ash-Shirwani
. Siapa saja yang tidak menerimanya berarti bukan golonganku. Jangan berargumen
tetapi satukanlah pikiranmu dan ikuti pendapat Syaikh Isma`il . Aku menjamin
siapa pun yang mengikutinya akan bersamaku dan bersama Rasulullah ."
Beliau
memerintahkan mereka untuk tidak menangisinya, dan meminta mereka untuk mengorbankan
hewan dan memberi makan orang miskin demi kecintaan Allah dan kemuliaan Syaikh.
Beliau juga meminta mereka untuk mengirimkan hadiah berupa pembacaan Al-Qur an
dan bacaan dalam shalat. Beliau memerintahkan mereka untuk tidak menuliskan
apapun di makamnya kecuali, Ini adalah makam orang asing, Khalid.
Setelah shalat Isya Syaikh Khalid memasuki rumahnya, memanggil seluruh anggota keluarganya dan berkata kepada mereka, Aku akan meninggal dunia pada hari Jumat. Mereka tinggal bersamanya sepanjang malam. Sebelum Subuh beliau bangun, berwudhu dan melakukan shalat. Lalu beliau memasuki kamarnya dan berkata, Tidak ada yang boleh memasuki kamarku kecuali orang yang telah kuperintahkan. Beliau berbaring di sisi kanannya, menghadap kiblat dan berkata, Aku telah terkena wabah penyakit. Aku membawa semua wabah yang menyerang Damaskus. Beliau mengangkat tangannya dan berdo a, Siapa pun yang terkena wabah itu, biarkan wabah itu mengenaiku dan bebaskan orang-orang di Syam.
Kamis tiba dan seluruh kalifahnya memasuki kamarnya. Sayyidina Isma`il ash-Shirwani bertanya kepadanya, "Bagaimana keadaanmu?" Beliau berkata, "Allah telah menjawab doaku. Aku akan membawa semua wabah yang melanda orang-orang di Syam dan Aku sendiri akan meninggal dunia pada hari Jumat. Mereka menawarkan air, namun beliau menolak dan berkata, Aku meninggalkan dunia ini untuk bertemu Allah. Aku telah bersedia menanggung wabah dan membebaskan orang-orang di Syam yang telah terkena wabah itu. Aku akan meninggal dunia pada hari Jumat. Beliau membuka matanya dan berkata, "Allahu haqq, Allahu haqq, Allahu haqq," yang merupakan sumpah dalam bay at tariqat Naqshbandi, lalu beliau membaca ayat 27-30 dari al-Qur an surat al-Fajr: "Wahai jiwa yang tenang dan tentram. Kembalilah kepada Tuhanmu--merasa senang dan disenangi. Masuklah dalam hamba-hamba-Ku! Masuklah ke dalam Surga-Ku!" Kemudian beliau menyerahkan nyawanya kepada Allah dan meninggal dunia, seperti yang telah diprediksi sebelumnya, pada hari Jumat 13 Dzul Qaidah 1242 H/1827 M. Mereka membawanya ke sekolah dan membasuhnya dengan air penuh cahaya. Mereka mengkafaninya sementara yang lain berdzikir, khususnya Syaikh Isma`il ash-Shirwani , Syaikh Muhammad , dan Syaikh Aman . Mereka membaca al-Qur an dan pagi harinya mereka membawa jenazahnya ke masjid di Yulbagha.
Setelah shalat Isya Syaikh Khalid memasuki rumahnya, memanggil seluruh anggota keluarganya dan berkata kepada mereka, Aku akan meninggal dunia pada hari Jumat. Mereka tinggal bersamanya sepanjang malam. Sebelum Subuh beliau bangun, berwudhu dan melakukan shalat. Lalu beliau memasuki kamarnya dan berkata, Tidak ada yang boleh memasuki kamarku kecuali orang yang telah kuperintahkan. Beliau berbaring di sisi kanannya, menghadap kiblat dan berkata, Aku telah terkena wabah penyakit. Aku membawa semua wabah yang menyerang Damaskus. Beliau mengangkat tangannya dan berdo a, Siapa pun yang terkena wabah itu, biarkan wabah itu mengenaiku dan bebaskan orang-orang di Syam.
Kamis tiba dan seluruh kalifahnya memasuki kamarnya. Sayyidina Isma`il ash-Shirwani bertanya kepadanya, "Bagaimana keadaanmu?" Beliau berkata, "Allah telah menjawab doaku. Aku akan membawa semua wabah yang melanda orang-orang di Syam dan Aku sendiri akan meninggal dunia pada hari Jumat. Mereka menawarkan air, namun beliau menolak dan berkata, Aku meninggalkan dunia ini untuk bertemu Allah. Aku telah bersedia menanggung wabah dan membebaskan orang-orang di Syam yang telah terkena wabah itu. Aku akan meninggal dunia pada hari Jumat. Beliau membuka matanya dan berkata, "Allahu haqq, Allahu haqq, Allahu haqq," yang merupakan sumpah dalam bay at tariqat Naqshbandi, lalu beliau membaca ayat 27-30 dari al-Qur an surat al-Fajr: "Wahai jiwa yang tenang dan tentram. Kembalilah kepada Tuhanmu--merasa senang dan disenangi. Masuklah dalam hamba-hamba-Ku! Masuklah ke dalam Surga-Ku!" Kemudian beliau menyerahkan nyawanya kepada Allah dan meninggal dunia, seperti yang telah diprediksi sebelumnya, pada hari Jumat 13 Dzul Qaidah 1242 H/1827 M. Mereka membawanya ke sekolah dan membasuhnya dengan air penuh cahaya. Mereka mengkafaninya sementara yang lain berdzikir, khususnya Syaikh Isma`il ash-Shirwani , Syaikh Muhammad , dan Syaikh Aman . Mereka membaca al-Qur an dan pagi harinya mereka membawa jenazahnya ke masjid di Yulbagha.
Syaikh
Isma`il ash-Shirwani meminta Syaikh Aman `Abdin untuk melakukan shalat jenzah
baginya. Masjid itu tidak cukup untuk menampung seluruh orang yang hadir. Lebih
dari 30.000 orang shalat di belakangnya. Syaikh Isma`il berjanji kepada mereka
yang tidak dapat melakukan shalat jenazah di masjid itu, bahwa dia akan
melakukan shalat jenazah yang kedua kalinya di makam. Mereka yang memandikannya
ikut pula mengantarkan ke makamnya. Hari berikutnya, Sabtu, seakan-akan terjadi
keajaiban di Syam, wabah penyakit tiba-tiba menghilang dan tidak ada lagi orang
yang meninggal dunia. Mawlana Khalid menyerahkan Rahasianya kepada penerusnya,
Syaikh Isma il ash-Shirwani .
No comments:
Post a Comment